MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pembelajaran menulis yang diampu oleh Hj. Isna Sulastri, Dra., M.Pd.
Disusun
oleh:
Eka
Susilawati
NIM
41032121101002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa kita
sehari-hari di sekolah. Namun entah mengapa pembelajaran bahasa Indonesia
dianggap sulit oleh sebagian besar guru. Apalagi pembelajaran Bahasa Indonesia
sekarang lebih menekankan pada 4 keterampilan berbahasa, yaitu: Berbicara,
mendengarkan, membaca dan menulis. Bagaimana mengajarkan keterampilan berbicara
dan menulis (mengarang) merupakan hal yang dianggap paling sulit oleh
sebagian guru.
Tidak sekedar menyulitkan guru, siswa juga
kesulitan dalam belajar menulis. Siswa bukan saja menrasfer materi yang disajikan, tetapi juga
meresponnya dengan perbuatan seperti bertanya, berlatih, menyelesaikan tugas,
dan perbuatan-perbuatan positif lainnya. Tuntutan belajar seperti ini sebagaimana dijelaskan Mulyasa (2006: 36)
bahwa”proses belajar baik gejala-gejala perilaku siswa yang secara
positif mendukung totalitas
pembelajaran yang diselenggarakan, seperti halnya
mampu merespon materi yang
disajikan melalui
bertanya, berlatih menyelesaikan bahan penugasan dan lain sebagainya”.
Untuk bisa seperti itu, tentunya proses pembelajaran yang
diselenggarakn harus berkesan
dalam arti tenang dan menyenangkan siswa hingga dapat memancing nafsu belajarnya. Proses pembelajaran yang demikian itu harus disiasati dengan benar, salah satunya dengan cara memperlakukan siswa sesuai dengan tuntutan strategi
belajar yang digunakan.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa siswa kurang mampu memenuhi tuntutan kuikulum untuk pembelajaran
menulis. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang tepatnya
strategi yang digunakan oleh guru. Jika guru menggunakan strategi yang
didasarkan pada tuntutan rutinitas tugas mengajar
sehari-hari niscaya target pembelajaran tidak akan tercapai. Misalnya kalau guru selalu menggunakan strategi
yang ditindaklanjuti oleh teknik ceramah niscaya
hasilnya tidak akan optimal, karena tuntutan kondisi pembelajaran yang
menyenangkan dengan menggunakan strategi yang cocok dan variatif.
Salah satu strategi yang dijadikan sebagai
alternative penyelesaian masalah di atas, adalah
strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif, dan Menyenangkan). Konsep
pembelajaran berbasis pada strategi ini sebenarnya
sudah sering didengar oleh hampir semua guru di sekolah manapun. Namun pemahaman dan implementasinya perlu
dipertanyakan. Halini didasarkan pada pendapat Ismail (2008: 46-47)
1.2
Perumusan masalah
Bagaimanakah
langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM dalam meningkatkan kemampuan menulis
Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA?
Apa keunggulan
MPPM (Model Pakem dalam Pembelajaran Menulis)?
Apa kelemahan
MPPM (Model Pakem dalam Pembelajaran Menulis)?
1.3
Tujuan makalah
Mendeskripsikan langkah-langkah
penggunaan strategi PAKEM dalam meningkatkan kemampuan menulis pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Mendeskripsikan
keunggulan MPPM (Model Pakem dalam Pembelajaran Menulis)?
Mendeskripsikan
kelemahan MPPM (Model Pakem dalam Pembelajaran Menulis)?
1.4
Manfaat makalah
Manfaat yang diharapkan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1
Secara teoritis: melalui teori-teori yang digunakan, penulis memperoleh
tambahan pengetahuan, serta pengalaman tentang penggunaan strategi PAKEM
dan meningkatkan kemampuan menulis.
1.4.2
Secara Praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa beroleh pengalaman
dari pross belajar mengajarnya, sehingga mampu meningkatkan motivasi dalam
belajarnya.
2) Memberikan pengalaman yang sesungguhnya kepada siswa untuk belajar
sesuai konteks, yang menantang kreatifitas dan menyenangkan.
b. Bagi guru
1) Menambah pengetahuan guru dalam mengelola pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan
strategi PAKEM.
2) Menambah pengalaman bagi
guru dalam membaca pemahaman, sehingga dengan pengalaman ini guru akan makin sadar untuk terus berinovasi dalam
mengelola pembelajaran mata pelajaran ini agar lebih bermakna bagi siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Menulis
Menulis
adalah wujud pengaturan sesuatu tersusun dengan mempergunakan bahasa
disebut karangan. Jadi karangan adalah susunan bahasa sebagai pengutaraan
pikiran, perasaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman (Rusyana,
1982:1). Mengarang atau menulis adalah suatu kegiatan pengutaraan perasaan,
pikiran dan pendapat sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.Poerwadarminta
(1979:9)
Takala Ahmadi (1990:24) mengatakan menulis adalah proses menyusun, mencatat, danmengkomunikasikan makna dan
tuturan ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu denganmenggunakan system
tanda-tanda konvensional yang dapat dibaca.
Menurut Tarigan (1983:81) “menulis adalah bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, akan tetapi ada
pesan dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf tersebut yaitu karangan
sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman yang disusun
secarra sistematis dan logis. Akademi kepengarangan menrut Widyamartaya (dalam
Yudibrata,1997:40), mendefinisikan Menulis
atau mengarang, yaitu merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikan melalui bahasa tertulis
kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat seperti
dimaksudkan oleh penulis atau pengarang.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan seorang dalam mengekspesikan gagasan, perasaan, pengalaman dengan bahasa tulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dapat dipahami dan dapat dinikmati pembaca.
2.2 Orientasi PAKEM
2.2.1 Pengertian PAKEM
Model pembelajaran PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan model
pembelajaran yang melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara
bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung
dalam suatu lingkungan pendidikan. Guru mendampingi peserta didik menuju
kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. Aspek
psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki
taraf perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain
itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu
mengandung variasi, seperti belajar keterampilan motorik, belajar konsep,
belajar sikap, dan seterusnya, Gagne (dalam Mulayasa, 2006:191).
Perbedaan tersebut menuntut
pembelajaran yang berbeda, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung.
Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh guru. Dalam
hal ini, guru harus menetukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling
berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar
yang harus dicapai (Mulyasa, 2006:1991).
Pembelajaran
Aktif
Pembelajaran aktif merupakan
pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik
dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji
dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu,
pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir
tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesiskan, serta melakukan
penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari (Mulyasa, 2006:191)
Lebih lanjut Mulyasa
(2006:192) menjelaskan model pembelajaran aktif, guru lebih memposisikan
dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam
proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan, dan
bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
Pembelajaran
Kreatif
Pembelajaran kreatif
merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan
memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja
kelompok, bermain beran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut
guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan
kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif
selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Berpikir kreatif memiliki
empat tahapan; pertama persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai informasi
untuk diuji. Kedua inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan
hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional. Ketiga ilmunisasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan
keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional. Dan keempat
verifikasi, yaitu pengujian kembali berhipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi,
konsep, atau teaori (Mulyasa, 2006:193).
Pembelajaran
Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu
memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat
dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran (Mulyasa, 2006:1994).
Pembelajaran
Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull
instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat
sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan
terpaksa atau tertekan. Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah
adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik.
Untuk mewujudkan proses pebelajaran menyenangkan, guru harus mampu merancang
pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal
(Mulyasa, 2006:194).
Pembelajaran PAKEM dapat
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut; pemanasan dan apersepsi, eksplorasi,
konsolidasi pembelajaran, pembentukkan kompetensi sikap dan perilaku, dan
penilaian (Mulyasa, 2006:196).
2.2.2 Ciri- ciri PAKEM
Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik dan menyenangkan dan cocok bagi peserta didik,
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan “pojok baca”
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok,
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
masalah untuk diungkap gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya. PAKEM menuntut siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran,
karena dengan siswa aktif dan mengalami sendiri, diharapkan akan lebih banyak
menambah pengetahuan siswa. Sudrajat
(2009:1)
2.2.3 Prinsip- Prinsip PAKEM
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika
pendidik/gurumenerapkan PAKEM sebagaimana diuraikan DBE USAIDE dalam Ismail (2008:
54-56) sebagai berikut:
Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta
didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat
inimerupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan
kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harusdirancang menjadi lahan yang
subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut.
Menganal peserta didik secara perorangan. Peserta
didik berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda.Berbeda
individu harus diperhatikan dan harus tercermin dalam pembelajaran. Semua
peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah
(tutorsebaya).
Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam
pengorganisasian belajar. Peserta didik secara alami bermain secara
berpasangan atau kelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru
dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan memudahkan mereka
untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
serta mampu memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan, untuk
itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk
untuk menganalisa masalah, dan kreatif untuk melahirkan
alternative pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sudah adas ejak
lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan
belajar yang menarik. Ruanagan kelas yang menarik sangat disarankan dalam PAKEM.
Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajang didalam kelas, karena dapat
memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga
dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar.
Lingkungan (fisik, social, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk
bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Langkah-langkah operasional MPPM
Proses pengembangan kompetensi melalui pembelajaran
menulis berdasarkan strategi PAKEM, meliputi tiga tahap berikut. Pertama,“menyusun perencanaan pembelajaran, dengan
mempertimbangkan tujuan, kemampuan guru dan siswa, materi ajar, langkah-langkah pembelajaran berdasarkan tekhnik yang digunakan, dan prosedur dalam pembelajaran (Madjid, 2007:14). Kedua, “ melaksanakan pembelajaran semua dengan rencana” (Mulyasa, 2006:96). Ketiga “mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran:.
(Mulyasa, 2006:108). Ketiga tahapan tersebut
adalah tahapan-tahapan yang akan ditempuh dalam
proses pengembangan kemampuan menulis. Berdasarkan langkah-langkah strategi
PAKEM. Tahap-tahap dimaksud dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Prapengembangan kemampuan menulis, menempuh langkah-langkah berikut.
a.
Guru dan siswa mempersiapkan diri melalui
pembelajaran.
b.
Guru dan siswa melakukan apersepsi, melalui Tanya
jawab sehubungan dengan dengan materi yang telah dan akan dipelajari.
c.
Guru dan siswa melalui tes awal.
d.
Guru menjelaskan langkah-langkah belajar dan tujuan
belajar yang harus dicapai oleh siswa.
e.
Guru dan siswa saling memotivasi
2. Proses
pengembangan kemampuan menulis, menempuh langkah-langkah
berikut:
a. Guru
menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
b. Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan .
c. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapakan gagasan sendiri
secara lisan atau tulisan.
d. Guru
menyesuaikan bahanan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
e. Guru
menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan
siswa.
f. Menilai
pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus.
3. Pasca
proses pengembangan kemampuan menulis menempuh langkah-langkah berikut :
a. Guru dan
siswa membuat simpulan materi yang baru dipelajari.
b. Guru
mengetes kemampuan siswa.
c. Guru dan
siswa menutup kegiatan pembelajaran.
Adapun perubahan
kemampuan siswa yang diharapkan setelah mengikuti
proses pengembangan kompetensi menulis berdasarkan strategi PAKEM, antara lain:
(1) tercapainya indikator hasil belajar;
(2) meningkatnya
kemampuan menulis; dan
(3) memperoleh strategi belajar yang
baru.
3.2 Keunggulan MPPM
Pembelajaran lebih
menarik/rekreatif. Dengan kata lain, pembelajaran dengan menggunakan metode
PAKEM dirasa lebih menyenangkan. Penggunaan beberapa media dan sumber
pembelajaran yang beragam dalam metode PAKEM sangat membantu siswa untuk
mempermudah proses belajarnya. Dalam metode pembelajaran ini, siswa juga diberi
kesempatan untuk ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa
memiliki kesempatan untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya dan mengembangkan
keterampilannya. Kemampuan berpikir siswa dan karya-karyanya sangat dihargai
sehingga sangat memotivasi siwa untuk belajar dengan lebih baik lagi.
Pembelajaran lebih
variatif. Dengan kata lain, metode pakem ini memberikan kesempatan kepada guru
dan siswa untuk menciptakan suasana pembelajaran dengan menggunakan beberapa
metode pembelajaran, tidak monoton dengan satu metode pembelajaran. Dan dalam
beberapa hal pula, seseorang siswa dapat melakukan kegiatan melakukan
percobaan, pengamatan, atau wawancara kemudian mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri.
Menggali keaktifan siswa dalam mengungkapkan ide ataupun kreatifitas siswa
dalam semua aspek kebahasaan.
Memberikan umpan balik seketika
Kebiasaan anak-anak
mempertanyakan segala hal harus dapat direspon dengan baik oleh guru.
Pertanyaan yang timbul dari anak berasal dari rasa ingin tahu (coriosity)
Banyaknya pertanyaan yang diajukan anak menunjukkan dinamisme dan kreativitas.
Melihat gejala anak seperti ini, seorang guru harus memberikan umpan balik
seketika. Dengan demikian akan muncul keingintahuan yang lebih besar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk
interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini
dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa
lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
mengajak siswa untuk berimajinasi dengan suasana yang menyenangkan,
menambah kreativitas siswa,
mengajak siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Aktif dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya terlihat pada aktif geraknya,
3.3 Kelemahan MPPM
Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau
tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan
merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi
tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari
siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi
tidak semua sekolah mampu mengaksesnya.
Hal
ini jelas sekali dapat menjadi sebuah boomerang bagi guru, ketika seorang guru
tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada
untuk melakukan metode pembelajaran pakem. Guru yang tidak memiliki daya kreasi
yang tinggi tidak akan mampu melakukan metode pembelajaran Pakem dengan baik di
dalam kelas.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembelajaran menulis di sekolah pada mata pelajaran
bahasa Indonesia seringkali dianggap paling sulit dibanding ketiga aspek bahasa
lainnya. Untuk mengatasinya, Model Pekem menyuguhkan hal yang unik dan menarik
untuk diterapkan pada pembelajaran menulis agar tidak terasa sulit dan
membosankan.
Proses PAKEM adalah proses
pelaksanaan pembelajaran yang menekankan tentang prinsip PAKEM. Prinsip tersebut dapat digarisbawahi sebagai
berikut:
Mendengarkan pendapat siswa
Menggunakan bermacam-macam sumber belajar
Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan
menanyakan sesuatu
Memberikan pertanyaan terbuka, menantang dan
produktif
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
publikasi
5.2 Saran
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan)
Dalam metode ini hal yang paling mendasar yang harus dilakukan oleh guru adalah
merubah cara pikirnya bahwasanya pembelajaran tidak hanya membutuhkan
penguasaan terhadap materi secara verbal namun membutuhkan daya kreativitas
yang tinggi untuk mempermudah belajar siswa dan merubah pandangan bahwa belajar
hanyalah ritual yang membosankan. Karena Pelaksanaan Pakem juga memperhatikan
bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya.
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang
diharapkan dalam
Pakem jika peran guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan
motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan
bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana.
Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama
para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar” tetapi
”membuat siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi
”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran ”.
Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan
meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan
membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat.
Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Astutiana Wulan.(2011).”Peningkatan Kemempuan
Menulis Teks Pidato Melalui Penggunaan Strategi Pakem” dalam SCRIBD. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/58612176/Peningkatan-Kemampuan-Menulis-Teks-Pidato-Melalui-Penggunanan-Strategi-Pakem
[24-6-2012]
Andi.(2009).” Kelemahan dan Kelebihan CTL dan Pakem beserta Saran
untuk Mengatasinya ” dalam ANDI
BORNEO. Tersedia: http://andiborneo.blogspot.com/2009/02/kelemahan-dan-kelebihan-ctl-dan-pakem.html
[24-6-2012]
0 comments:
Post a Comment